Jakarta – Meski terjadi perlambatan, pembiayaan sektor alat berat oleh industri pembiayaan atau multifinance tetap mencatatkan pertumbuhan yang stabil hingga Maret 2025. Berdasarkan data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total pembiayaan di segmen ini mengalami kenaikan 8,05% secara tahunan (YoY) menjadi Rp46,73 triliun.
Pertumbuhan ini menjadi kelanjutan dari tren positif sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan data Februari 2025, terjadi sedikit penurunan. Saat itu, pertumbuhan mencapai 9,23% YoY, sedikit lebih tinggi dari capaian bulan Maret.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyampaikan bahwa perlambatan ini wajar. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor eksternal, termasuk fluktuasi harga komoditas dan kondisi ekonomi global.
“Pembiayaan alat berat masih tumbuh positif. Namun, kita harus waspada terhadap tantangan ekonomi global yang memengaruhi permintaan,” ujar Agusman dalam konferensi pers bulanan OJK, Senin (12/5/2025).
Komoditas Masih Jadi Penentu
Agusman menambahkan bahwa sektor pembiayaan alat berat sangat dipengaruhi oleh harga komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, dan nikel. Ketika harga komoditas tersebut naik, permintaan terhadap alat berat pun meningkat. Ini secara langsung mendorong kebutuhan pembiayaan di sektor ini.
Walaupun demikian, ia mengingatkan bahwa dinamika ekonomi global dan domestik bisa menghambat laju pertumbuhan. Oleh karena itu, multifinance harus tetap adaptif dan menjaga kualitas portofolionya.
BACA JUGA :
- Pajak Alat Berat (PAB) 2025: Aturan, Tarif, dan Cara Hitung Lengkap
- Solusi Efisien untuk Perusahaan dalam Sektor Konstruksi dan Industri
Total Piutang Multifinance Juga Meningkat
Selain pembiayaan alat berat, OJK juga mencatat pertumbuhan total piutang multifinance mencapai Rp510,97 triliun per Maret 2025. Angka ini meningkat sebesar 4,60% YoY. Sekalipun terjadi pertumbuhan, angkanya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada Februari 2025, total piutang multifinance tumbuh sebesar 5,92% YoY dengan nilai Rp507,02 triliun. Artinya, tren perlambatan juga terjadi secara keseluruhan di sektor pembiayaan.
Kinerja Positif Beberapa Perusahaan Pembiayaan
Di tengah perlambatan tersebut, sejumlah perusahaan pembiayaan tetap menunjukkan performa keuangan yang solid sepanjang 2024. Misalnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp9,99 triliun, naik 5,07% YoY dari tahun sebelumnya.
Capaian ini menempatkan ADMF di posisi kedua sebagai perusahaan multifinance dengan pendapatan terbesar pada 2024. Prestasi serupa juga dicatat oleh PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN), yang mencatat pendapatan Rp6,33 triliun.
Meski mengalami kontraksi kecil sebesar 0,28% YoY, BFIN tetap menduduki posisi keempat sebagai pemain utama dalam industri pembiayaan alat berat. Hal ini menunjukkan bahwa strategi perusahaan masih cukup efektif dalam menghadapi dinamika pasar.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Ke depan, prospek industri multifinance masih tetap menjanjikan, khususnya di sektor alat berat. Pasalnya, proyek-proyek infrastruktur dan kebutuhan sektor pertambangan masih menjadi motor utama permintaan alat berat.
Namun, dengan meningkatnya ketidakpastian global dan gejolak harga komoditas, pelaku industri perlu melakukan penyesuaian strategi. Tidak hanya dari sisi operasional, tetapi juga manajemen risiko dan efisiensi pembiayaan.
OJK pun mendorong perusahaan pembiayaan untuk menjaga prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Ini termasuk memastikan kemampuan bayar debitur dan memperkuat mitigasi risiko melalui sistem pengawasan internal.
Meskipun laju pertumbuhan mulai melambat, industri pembiayaan alat berat masih berada di jalur positif. OJK mencermati perkembangan ini secara saksama dan tetap optimistis terhadap pergerakan industri multifinance dalam mendukung pembangunan nasional.
Dengan demikian, pelaku usaha di sektor ini salah satunya SITC Machinery Indonesia diharapkan mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan pasar dan menjaga momentum pertumbuhan yang telah terbentuk selama beberapa tahun terakhir.




